Senin, 26 Oktober 2009

IB

Teknologi IB (Inseminasi Buatan) pada ternak

sapiPerkembangan teknologi khususnya di bidang biologi reproduksi akhir-akhir ini telah memberikan kontribusi positif terhadap subsektor peternakan. Terdorongnya sektor peternakan ini secara tidak langsung dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik peternak itu sendiri maupun masyarakat konsumen produk ternak. Berbagai aplikasi bioreproduksi memungkinkan manusia untuk memanipulasi aspek-aspek reproduksi hewan ternak sehingga dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas hewan ternak sesuai dengan yang diharapkan.

Salah satu aplikasi bio reproduksi yang paling umum adalah inseminasi buatan (IB) atau kawin suntik. Pengolahan semen untuk IB sangat diperlukan terutama berkaitan dengan keterbatasan bibit pejantan unggul serta faktor geografis yang jauh dan sulit diakses. Untuk mensiasati hal itu maka semen dari pejantan-pejantan unggul yang telah dikoleksi ditambahkan bahan pengencer dan dikemas dalam kemasan khusus. Bahan pengencer diperlukan sebagai media pengawetan sementara setelah penampungan spermatozoa yang berkualitas baik sehingga daya fertilisasinya dapat optimal pada saat dilanjutkan kepada IB. Larutan pengencer harus dapat memenuhi kebutuhan fisik maupun kimiawi spermatozoa.


Tinjauan Pustaka
Teknologi IB didefinisikan sebagai pemanfaatan teknologi reproduksi (generasi II) dengan menggunakan bibit pejantan unggul secara maksimal untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi kebutuhan manusia (Toelihere, 1993).

IB bermanfaat untuk memanfaatkan pejantan unggul secara maksimal, pengendalian penyakit kelamin menular, perbaikan manajemen dan peningkatan efisiensi produksi dan reproduksi, memungkinkan perkawinan antar hewan yang berbeda bangsa, ukuran dan lokasi, serta memperpanjang pemanfaatan pejantan unggul walaupun sudah tua dan lumpuh. Keberhasilan IB dapat ditentukan oleh berbagai faktor antara lain manajemen pemeliharaan yang diterapkan oleh peternak, kapabilitas inseminator, kualitas semen dan kualitas hewan ternak baik pejantan maupun betina yang akan di-IB.

Fungsi bahan pengencer adalah (1) menyediakan zat-zat makanan sebagai sumber energi bagi spermatozoa, (2) melindungi spermatozoa dari kejutan dingin (cold shock), (3) mengandung bahan penyangga untuk mencegah efek yang membahayakan akibat perubahan pH dari pembentukan asam laktat, (4) mempertahankan tekanan osmotik dan keseimbangan elektrolit yang sesuai, (5) menghambat pertumbuhan bakteri, (6) meningkatkan volume semen sehingga dapat digunakan untuk inseminasi massal dan (7) melindungi sel spermatozoa selama pembekuan (Hafez 1993). Semen yang telah dicampur dengan bahan pengencer tersebut selanjutnya dapat langsung di-IB-kan atau dijadikan bentuk semen beku.

Sumber: Iwan Berri Prima, Dkk. 2006. Laporan Praktikum Matakuliah Ilmu dan Teknologi Reproduksi FKH IPB dan diolah dari berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silaka kirimkan kritik ,saran anda pada kami